Saya sangat tertarik dengan kisah sukses
Elang Gumilang tekadnya sangat kuat dan tekun dalam membangun wirausaha nya,dia
bahkan mengawali bisnisnya dari bidang yang terkecil,sehingga tulus tekadnya
membuahkan hasil.
Sebagai seorang wirausaha termuda itu bukanlah sekedar isapan jempol belaka karena karya dan karir nya sangat didedikasikan untuk masyarakat dalam pembangunan perumahan murah bagi kalangan bawah dia mendapatkan banyak perhatian dan pujian sehingga ia memperoleh penghargaan yang besar atas karirnya.
Sebagai seorang wirausaha termuda itu bukanlah sekedar isapan jempol belaka karena karya dan karir nya sangat didedikasikan untuk masyarakat dalam pembangunan perumahan murah bagi kalangan bawah dia mendapatkan banyak perhatian dan pujian sehingga ia memperoleh penghargaan yang besar atas karirnya.
Berikut profilnya semoga itu semua membuat
para mahasiswa dan mahasiswi menyadari muda itu bisa berbakat dan muda itu bisa
digunakan untuk berkarya. Elang Gumilang 24 tahun, mahasiswa sekaligus
direktur utama sebuah pengembangan perumahan. Elang pernah muncul sebagai juara
ketiga Marketing Games Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia di Universitas
Trisakti. Ia juga juara pertama kompetisi Ekonomi SMA Se-Jabodetabek 2003 di
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Juara pertama Economic Contest di
Institut Pertanian Bogor, tahun yang sama. Pada tahun 2006, di Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia, dia mengubah akta perusahaan yang hampir tutup menjadi Elang
Group. Bermodal awal Rp. 300 juta, kini nilai proyek Elang Group terbang
menembus Rp. 17 miliar. “ Saya tergerak menyediakan rumah murah karena banyak
orang kecil kesulitan membelinya,” ujar Elang. Elang membuat situs http://www.elanggumilang.com untuk menjaring mitra baru.“saya
menyeleksi wirausaha mandiri 2007, saya sependapat dengan juri, Elang anak muda
berintuisi bisnis baik. Perhitungan dan cara berpikir bisnisnya jelas serta
berani mengambil kesempatan. Elang punya potensi menjadi wirausaha sukses,
masih perlu waktu dan ketekunan. Wajib menjaga kepercayaan dan perlu
berdisiplin mengelola usaha. Dalam kmpetisi ketat, pengusaha harus berfokus dan
pandai mengelola ambisi.” – Agus Martowardojo, Direktur Utama Bank Mandiri
“kondisi bangunan sesuai dengan harga.
Listrik ada. Tapi belum ada fasilitas air ledeng. Air diambil dari sumur dengan
mesin pompa air pemberian Elang Group. Kekurangan perumahan ini hanyalah tak
ada tempat bermain untuk anak-anak.’- Dewi Fatimah, 35 tahun, pembeli Blok F
Nomor 5, Bukit Warna Sari Endah, Cilebut.
Elang meraih penghargaan diantaranya;
• Wirausaha Muda Mandiri terbaik Indonesia
2007
• Lelaki Sejati Pengobar Inspirasi 2008
• Man Of The Year 2008 dari TV One
• Indonesia Top Young entrepreneur 2008
dari Warta Ekonomi
Elang Gumilang Sukses di Usia 24 Tahun
Adalah Elang Gumilang (25) , wirausaha
muda yang berada di balik pembangunan perumahan amat sederhana bertipe
22/60,mungil tapi fungsional tempat untuk pulang dan bernaung bagi mereka yang
bisa terbilang miskin.Tangan dinginya menelurkan apa yang selama ini sangat
jarang dilakukan pengembang kawakan – bermodal besar atau kecil – untuk membuat
perumahan khusus orang miskin.
Selama ini bisnis properti sepertinya
hanya untuk ditujukan bagi kaum berpunya , demikian Elang berpikir. Mereka yang
papa dan membutuhkan tempar bernaung justru hanya punya mimpi untuk memiliki
rumah sendiri. “Ada 75 juta penduduk negeri ini yang membutuhkan rumah. Ini
peluang bisnis , tapi kita sekalian ibadah membantu orang juga, ” katanya.
TARGET 2000 RUMAH
Berayahkan seorang kontraktor , buat elang
bukan hal mustahil mencoba segala jenis usaha. Ditambah sejumlah pertimbangan
mendalam, awal 2005-tatkala ia masih menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) – ia mulai membeli sepetak tanah dan
membangun rumah pertamanya. Modal diperoleh dari patungan bersama
teman-temannya semasa SMA maupun kuliah. Rumah sederhana berukuran 22 meter
persegi dengan luas tanah 60 meter persegi ini langsung pindah tangan ketika
selesai dibangun. Terbukti, orang haus akan rumah murah seharga 23-37 juta
rupiah itu.
Saat itu, jumlah pekerja Elang baru
sekitar tujuh orang untuk mengurusi administrasi hingga pemasaran. Namun lambat
laun , bisnisnya ini berakar, menggeliat, dan bertumbuh. Dari satu unit ,
bertambah menjadi tiga unit . Bertambah terus , sampai sudah sekitar lebih dari
200-an rumah dibangunnya. Target yang direncanakannya tak tanggung-tanggung.
Perusahaan Semesta Guna Grup miliknya, ingin membangun 2.000 unit rumah sederhana.
Dalam waktu setahun , investasi yang ditanamkan naik berlipat. Nilai jual objek
pajak (NJOP) tanah yang tadinya hanya Rp 50 ribu misalnya, melejit hingga lima
kali lipat dalam dua semester.
Omzet per tahunnya pasti bikin pengusaha
mana pun berdecak kagum – mengingat awal mula sepak terjangnya – karena tak
kurang dari Rp 20 miliar per tahun dapat ia bukukan.Belum lagi dari kontrak pre
periodik terbarunya menambah Rp 80 miliar hingga Rp 100 miliar ke bisnisnya.
Elang Gumilang, mahasiswa sederhana dari IPB – kampusnya petani- anak H. Enceh
dan Hj.Priani, kini mempekerjakan ratusan karyawan pada setiap proyeknya.
Sekitar 30 tenaga administrasi dan 100 pekerja di setiap proyek siap
membantunya. Elang-lajang kelahiran Bogor , 6 April 1985 telah mengepakkan
sayap bisnis sejauh yang ia bisa, dan terbang setinggi yang dapat ia capai.
‘Otot dan Otak Bisnis Elang terlahir dari
keluarga yang lumayan berada, namun bergaya hidup bersahaja. Pendidikan moral
dari orangtuanya tertanam baik. Ajaran itu terus berurat akar dalam dirinya.
Sebagai pelajar sekolah, ia termasuk siswa gemilang. Jiwa wirausaha Elang mulai
terasah saat ia duduk di bangku kelas 3 SMU. Ia mempunyai target setelah lulus
SMA harus mendapatkan uang Rp 10 juta untuk modal kuliah. Tanpa sepengetahuan
orangtua, ia berjualan donat keliling ke sekolah-sekolah dasar di Bogor. Namun,
akhirnya orangtuanya tahu juga. Elang disuruh berhenti berjualan karena UAN
(Ujian Akhir Nasional) telah menjelang. Dilarang berjualan donat , pemenang
lomba bahasa sunda tahun 2000 se Bogor ini tertangtang mencari uang dengan cara
lain. Pada 2003 , ketika fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB mengadakan lomba
Java Economic Competition se Jawa, Elang mengikutinya dan berhasil memenanginya
. Begitu pula saat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyelenggarakan
kompetisi Ekonomi, Elang sukses menjadi juara ketiga. Hadiah uang yang
diperolehnya, ia kumpulkan untuk modal kuliah.
Setelah lulus SMU , Elang melanjutkan
kuliah di Fakultas Ekonomi IPB tanpa tes. Saat itulah, bermodalkan uang sejuta
rupiah, ia kembali berniat untuk memiliki sebuah usaha. Awalnya, uang itu ia
belanjakan sepatu, yang lantas dijual di Asrama Mahasiswa IPB. Hanya perlu
waktu sebulan , ia sudah bisa mengantongi uang Rp 3 jutaan. Sayang, setelah
berjalan beberapa tahun, supplier yang digunakannya menurunkan kualitas sepatu.
Bisnis sepatu pun sirna. Ia melihat, lampu-lampu redup di kampus IPB sebagai
peluang bisnis pengadaan lampu. Elang mencoba menerapkan strategi bisnis tanpa
modal. Ia mengisahkan hikayat seorang pemuda miskin di Amerika Latin. Setiap
hari si pemuda melambaikan tangan pada seorang pengusaha tembakau kaya raya
dari Amerika yang sedang bertandang. Pada awalnya, lambaian tangan itu tidak
dipedulikan. Namun, karena selalu berulang, pengusaha tembakau itu penasaran
dan menanyakan maksud sang pemuda. Jawab si miskin adalah ” Saya punya tembakau
berkualitas bagus . Bapak tidak usah membayar dulu, yang penting saya dapat PO
dulu dari Bapak”. Setelah mendengar jawaban tersebut ,si pengusaha kaya lalu mebuatkan
tanda tangan dan stempel kepada pemuda tersebut. Dengan modal itu, sang pemuda
mengumpulkan hasil tembakau di kampungnya untuk dijual ke Amerika lewat si
pengusaha kaya raya itu. Maka , jadilah pemuda itu orang kaya raya tanpa modal.
Strategi inilah yang ditiru Elang.
Bermodal surat dari kampus, ia melobi perusahaan lampi Philips pusat untuk
menyetok lampu di kampusnya. “Alhamdulillah proposal saya gol, dan setiap
penjualan saya mendapat keuntungan Rp 15 juta,” Ucapnya bangga. Namun, karena
bisnis lampu ini musiman dan perputaran uangnya lambat, terpikir oleh Elang
untuk mencari bisnis yang lain. Setelah melihat celah di bisnis minyak goreng,
Elang menekuni jualan minyak goreng ke warung-warung . Tapi karena bisnis
minyak ini 80 % menggunakan otot, sehingga mengganggu kuliah, ia memutuskan
untuk berhenti berjualan.
Menyimak perjalanannya, Elang mengaku
bahwa bisnis demi bisnis yang dilakukannya lebih banyak menggunakan otot dari
pada otak. Ia lalu berkonsultasi ke beberapa pengusaha dan dosennya untuk
memperoleh wawasan lain. Enlightment lalu ditemukannya. Bisnis tidak harus
selalu memakai otot, dan banyak peluang bisnis yang tidak menggunakan otot
Setelah mendapat berbagai masukan, ia merintis bisnis Lembaga Bahasa Inggris di
kampusnya. Karena lembaga kursus itu ditangani secara profesional dengan tenaga
pengajar dari lulusan luar negeri, pihak Fakultas Ekonomi mempercayakan
lembaganya itu menjadi mitra. Karena dalam bisnis ini ia tidak terlibat
langsung, ia manfaatkan waktu luangnya untuk bekerja sebagai marketer perumahan.
UNTUK ORANG LAIN
Sebenarnya , tanpa beralih ke bisnis
properti, untuk dirinya sendiri, Elang tidak bisa dibilang kurang mapan. Pemuda
antirokok ini sudah mempunyai rumah dan mobil sendiri. Namun dibalik keberhasilannya
itu, Elang merasa ada sesuatu yang kurang . “Kenapa kondisi saya begini,
padahal saya di IPB hanya tinggal satu setengah tahun lagi. Semuanya saya sudah
punya, apalagi yang saya cari di dunia ini ?” ia berdialog dengan nuraninya.
Ilham dari atas diperolehnya. Bisnis propertilah yang ditunjukkan Tuhan
kepadanya. Namun,bisnis properti yang ditujukan untuk orang miskin lebih karena
hatinya ikut tersentuh.”Banyak orang di Indonesia terutama yang tinggal di kota
belum punya rumah, padahal mereka sudah berumur 60 tahun. Biasanya kendala
mereka karena DP yang kemahalan, cicilan yang kemahalan, jadi sampai sekarang
mereka belum berani untuk memiliki rumah.”unkapnya pada sebuah kesempatan.
Karena modalnya pas-pasan, untuk media
promosinya sendiri Elang hanya mengiklankan di koran lokal . Karena harganya
yang relatif murah , pada tahap awal pembangunan langsung terjual habis. Meski
harganya murah, tapi fasilitas pendukung di dalamnya sangat komplet, seperti
klinik 24 jam,angkot 24 jam,rumah ibadah,sekolah,lapangan olahraga, dan juga
dekat dengan pasar. Karena rumah itu diperuntukkan bagi kalangan ekonomi bawah,
kebanyakan profesi konsumennya adalah buruh pabrik, staff tata usaha (TU) IPB,
bahkan ada juga para pemulung.
Sukses yang sudah ditangan tidak membuat
Elang lupa diri. Justru, ia semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Salah satu
wujud rasa syukur atas nikmatnya itu, dalam setiap proyek ia selalu menyisihkan
10 persen untuk kegiatan amal.”Uang yang 10 persen itu saya masukkan BMT
(Baitul Mal Wa Tanwil/tabungan) pribadi, dan saya alokasikan untuk membantu
orang-orang miskin dan orang-orang yang kurang modal,”Bebernya. Bagi Elang,
materi yang saat ini ia miliki mengandung hak orang miskin yang wajib dibagi.
Selain menyisihkan 10 persen dari hasil proyeknya, Elang juga memberikan
sedekah mingguan, bulanan, dan bahkan tahunan kepada fakir miskin.
Pendirianya;sedekah tidak perlu banyak tapi yang paling penting adalah
kontinuitas dari sedekah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar